IMPIAN ANAK JALANAN
Oleh: Anton Wijaya
Mimpi Adalah kunci untuk kita menaklukan
dunia.. berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraih… (nidji band.)***
kita
harus tahan melihat ulat jika kita ingin melihat indahnya kepakan kupu-kupu.
kesuksesan itu ditentukan seberapa keras proses yang kalian perjuangkan.***
Tidak
ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kita mau berusaha dan berjuang atas
apa yang ingin kita capai dan impikan.***
Terik
matahari kian terasa menyengat dikulitku, suara bising dari kendaraan yang lalu
lalang, asap-asap berterbangan kemana-mana menghiasi seluruh penjuru kota
Jakarta dan kini semakin menjadi-jadi. Polusi sudah menguasai kota Jakarta.
Tapi itu sudah hal yang biasa aku rasakan, karna aku memang hidup di jalanan.
Semua ku dapat dari jalanan. Aku hanya akan pulang ke rumah bila uangku sudah
lumayan untuk aku berikan pada ibuku. Semua ku lakukan di jalanan mengais
rezeki demi sesuap nasi. Mulai dari menjual koran, ngamen, membersihkan kaca
mobil, bahkan seperti tak punya rasa malu aku mengemis, meminta-minta kepada mereka yang ku anggap
mampu.
Hidup
memang kejam buatku. Dunia hanya membuatku menangis meratapi segalanya. Tapi
aku tak bisa berdiam diri dengan terus merenungi nasib. Kata bapakku sebelum
beliau meninggal dunia, beliau pernah berpesan kepadaku.” Sesulit apapun hidup,
sesusah apapun hidup, bergeraklah, lakukan apapun yang kamu bisa nak,
bermimpilah setinggi langit, disitulah kamu akan menemukan indahnya hidup
bersama mimpi-mimpi yang kamu yakini akan terwujud.” Itu hanya sepenggal pesan
bapak sebelum beliau meninggalkan aku dan ibu. Aku tak mengerti maksud bapak
apa tentang pesan itu, tapi entah kenapa hingga sampai saat ini pesan itu masih
aku ingat.
Tentang
Bapak, beliau adalah seorang ayah yang sangat bertanggung jawab dan sangat
menyanyangi aku dan ibu. Bapak meninggal dunia bukan karna sebuah penyakit yang
membahayakan, karna memang bapak tidak memiliki penyakit yang mengancam
nyawanya. Bapak mengalami kecelakan ketika beliau tengah mengantar pesanan
kerupuk kepada pelanggannya. Tiba-tiba sedan mewah berplat merah menabrak
bapak, beliau langsung tewas. Setelah polisi Melakukan olah TKP diketahui bahwa orang yang menabrak bapak adalah salah
seorang yang memiliki jabatan tinggi di ibu kota. Dia salah satu Anggota Dewan
yang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. lantas gempar diseluruh penjuru
kota di Indonesia. disetiap tayangan
berita ada saja berita tentang kecelakan bapak. Bukan karna kecelakannya tapi
karna yang menabrak bapak adalah seorang yang penting dalam negri ini. Miris
melihatnya jelas seorang pelaku harus
dihukum setimpal dengan apa yang telah terjadi. Namun karna aku dan ibu hanya
orang biasa yang buta hukum. aku
hanya bisa mengiyakan ketika seorang Anggota
Dewan itu mengajak damai dan segalanya diselesaikan secara kekeluargaan. Dan bahkan anggota dewan itu
berjanji akan bertanggung jawab membiayai hidupku hingga aku bisa hidup
mandiri. Namun malang janji itu hanya diucapkan di bibir saja. Dua tahun memang
beliau yang berpangkat dan bertitle membuktikan ucapannya. Namun setelah aku
dan ibu mulai sedikit demi sedikit melupakan kejadian tentang bapak, beliau juga
ikut melepas tanggung jawab. Aku dan ibu tak bisa berbuat apa-apa untuk
menuntut beliau. Karena pasti aku dan ibu hanya akan mendapat hinaan dari
mereka-mereka yang ber-uang. karna bisa saja mereka memainkan hukum dengan
menyewa seorang advokat yang mahal, handal, dan terkenal untuk kemenangan di
tangan mereka. Tapi kebenaran diatas
segalanya, “Tuhan tidak tidur”, itu kata ibu. “Biarkan mereka yang beruang memainkan
kita yang kecil. Percayalah Allah selau berada dengan kita. Allah akan
memberikan lebih di banding pemberian mereka kepada kita”. aku dan ibu
benar-benar hanya bisa berpasrah dan mengikhlaskan segalanya.
Itu
hanya sekilas cerita tentang bapak. Kini aku harus kuat walau tanpa seorang
Ayah. Aku masih punya Ibu yang menjadi penyemangatku.
***
Pagi ini aku sudah berada diantara
kendaraan yang lalu lalang dengan kesibukan masing-masing pemilik kendaraan
itu. Aku selalu menunggu lampu merah
menyala untuk aku tawarkan koran-koranku kepada mereka yang sibuk. menawarkan dari
satu mobil kemobil lainya. Ada yang membeli, ada pula yang tak membeli namun
hanya memberikan senyuman. Namun, ada pula yang tak membeli sambil berkata
kasar, “Anak jalanan mengganggu suasana kota”. Semua aku alami di sini. Aku
sudah biasa menghadapi seperti itu. Dan sudah aku jadikan sarapan pagiku setiap
hari. Menjelang siang hari aku menjajahkan minuman botol, di bus-bus kota, dan
di gerbong-gerbong kereta. Walau sesibuk apapun aku di jalanan, aku tak
melupakan kewajibanku sebagai umat muslim. Bapak dan ibu selalu mengajarkanku
tentang kebaikan. Kata mereka, ”Dunia bukanlah segalanya, ada akhirat yang abadi, senantiasalah berdo’a kepada Tuhan. Maka
Tuhan akan selalu bersama kita”. Sehingga ketika suara Adzan berkumandang aku
manfaatkan untuk istirahat dan mengadukan keluh kesahku pada Sang Khaliq.
Dan
sore harinya hingga malam hari terkadang aku mengamen dirumah-rumah makan dan
di kendaraan-kendaraan yang berhenti di depan lampu merah.
***
Sekitar pukul 17.00 aku seperti
biasa menunggu lampu merah menyala. Aku duduk diantara mereka yang senasib
denganku. Ketika aku tengah asik melihat
ke sekitar seorang laki-laki menghampiriku. Dia tersenyum kepadaku,
lalu duduk disampingku. Dan tiba-tiba ia mengajakku berbincang-bincang, “Ade
sudah lama mengamen?” lontarnya pertanyaan itu
“sejak
umur 8 tahun..”jawabku polos
“sekarang
usia adik berapa??” tanyanya lagi
“13
tahun..”
laki-laki
itu tersenyum. “wah cukup lama juga
yah..”
Fikiranku
kembali disibukan dengan lalu lalang kendaraan. Namun tak lama kemudian, aku
memberanikan diri untuk bertanya. “kakak
mau kemana??”
“kakak
baru pulang dari kampus, sekarang mau pulang kekosant..” jawabnya begitu ramah
“oh
kakak mahasiswa.. wah hebat. berarti kakak orang pintar dan kaya..” kataku
dengan polosnya
laki-laki
itu tercengang dengan ucapan yang dilontarkan olehku..
“kenapa
adik berbicara seperti itu??” katanya bertanya
“Menurutku
orang seperti kakak yang sekolahnya tinggi adalah orang yang pintar dan kaya. Karena
kalau gak pintar gak mungkin bisa jadi mahasiswa. Dan kalau kakak gak kaya kakak gak mungkin bisa kuliah, kan
kata orang-orang sekolah itu butuh uang
yang banyak.. Padahal aku ingin sekali bisa sekolah sampai setinggi kakak..”
Kataku.
Laki-laki
itu kembali tersenyum, “ kamu itu benar-benar polos yah. hehehe kakak bukanlah
dari keluarga yang kamu fikirkan itu. Kakak berasal dari kampung, orang tua
kakak hanya seorang petani biasa. Namun
karna kakak mempunyai tekad yang kuat
untuk meraih masa depan yang lebih baik. Kakak beranikan diri untuk merantau ke
Jakarta, mencari peluang beasiswa dari kampus ke kampus lainya. Berbagai test
akademik kakak ikuti. Dan Alhamdulillah kakak diterima di Universitas Negri”.
“wah
hebat.. aku mau seperti kakak.” kataku
“kamu
bisa seperti kakak.. Asal kamu punya tekad yang kuat untuk mencapai impianmu. Kamu
harus mempunyai sebuah impian agar
hidupmu punya tujuan. Dan berusahalah dengan impianmu itu untuk mencapainya dan
yakinlah bahwa semua impianmu itu akan terwujud.”
Akhirnya
aku mengerti apa yang pernah bapak katakan padaku sebelum beliau menghembuskan nafas
terakhirnya.
Ketika
bus itu berhenti tepat didepan halte. kakak itu segera bangkit dan meninggalkan
aku. Ia melambaikan tangan tanda perpisahan.. “Semoga kita bisa berjumpa lagi
dilain waktu.. Semangat untuk meraih cita-citamu..” kata laki-laki itu sebelum
menaiki bus..
Aku
tersenyum.. “ Makasih kak.. sampai jumpa”
Bus
yang membawa laki-laki itu telah berlalu diantara kendaraan yang ramai
melintas.
Sore
itu juga aku segera kembali kerumah dan menceritakan hal ini pada ibu. Dan
mulai saat itu aku bertekad untuk meraih semua yang aku impikan. Demi ibu dan
demi kehidupanku yang lebih baik lagi.
Terimakasih atas kunjunganyannya :)
Yogyakarta, 24 Maret 2016.
0 komentar:
Posting Komentar