Sabtu, 26 Maret 2016

Impian Anak Jalanan Dengan Seribu Semangatnya

                                                                            

                                                                               
IMPIAN ANAK JALANAN
Oleh: Anton Wijaya


Mimpi Adalah kunci untuk kita menaklukan dunia.. berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraih… (nidji band.)***
kita harus tahan melihat ulat jika kita ingin melihat indahnya kepakan kupu-kupu. kesuksesan itu ditentukan seberapa keras proses yang kalian perjuangkan.***
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kita mau berusaha dan berjuang atas apa yang ingin kita capai dan impikan.***

Terik matahari kian terasa menyengat dikulitku, suara bising dari kendaraan yang lalu lalang, asap-asap berterbangan kemana-mana menghiasi seluruh penjuru kota Jakarta dan kini semakin menjadi-jadi. Polusi sudah menguasai kota Jakarta. Tapi itu sudah hal yang biasa aku rasakan, karna aku memang hidup di jalanan. Semua ku dapat dari jalanan. Aku hanya akan pulang ke rumah bila uangku sudah lumayan untuk aku berikan pada ibuku. Semua ku lakukan di jalanan mengais rezeki demi sesuap nasi. Mulai dari menjual koran, ngamen, membersihkan kaca mobil, bahkan seperti tak punya rasa malu aku mengemis,  meminta-minta kepada mereka yang ku anggap mampu.
Hidup memang kejam buatku. Dunia hanya membuatku menangis meratapi segalanya. Tapi aku tak bisa berdiam diri dengan terus merenungi nasib. Kata bapakku sebelum beliau meninggal dunia, beliau pernah berpesan kepadaku.” Sesulit apapun hidup, sesusah apapun hidup, bergeraklah, lakukan apapun yang kamu bisa nak, bermimpilah setinggi langit, disitulah kamu akan menemukan indahnya hidup bersama mimpi-mimpi yang kamu yakini akan terwujud.” Itu hanya sepenggal pesan bapak sebelum beliau meninggalkan aku dan ibu. Aku tak mengerti maksud bapak apa tentang pesan itu, tapi entah kenapa hingga sampai saat ini pesan itu masih aku ingat.
Tentang Bapak, beliau adalah seorang ayah yang sangat bertanggung jawab dan sangat menyanyangi aku dan ibu. Bapak meninggal dunia bukan karna sebuah penyakit yang membahayakan, karna memang bapak tidak memiliki penyakit yang mengancam nyawanya. Bapak mengalami kecelakan ketika beliau tengah mengantar pesanan kerupuk kepada pelanggannya. Tiba-tiba sedan mewah berplat merah menabrak bapak, beliau langsung tewas. Setelah polisi Melakukan olah TKP diketahui  bahwa orang yang menabrak bapak adalah salah seorang yang memiliki jabatan tinggi di ibu kota. Dia salah satu Anggota Dewan yang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. lantas gempar diseluruh penjuru kota di Indonesia.  disetiap tayangan berita ada saja berita tentang kecelakan bapak. Bukan karna kecelakannya tapi karna yang menabrak bapak adalah seorang yang penting dalam negri ini. Miris melihatnya jelas seorang  pelaku harus dihukum setimpal dengan apa yang telah terjadi. Namun karna aku dan ibu hanya orang biasa yang  buta hukum. aku hanya  bisa mengiyakan ketika seorang Anggota Dewan itu mengajak damai dan segalanya diselesaikan secara  kekeluargaan. Dan bahkan anggota dewan itu berjanji akan bertanggung jawab membiayai hidupku hingga aku bisa hidup mandiri. Namun malang janji itu hanya diucapkan di bibir saja. Dua tahun memang beliau yang berpangkat dan bertitle membuktikan ucapannya. Namun setelah aku dan ibu mulai sedikit demi sedikit melupakan kejadian tentang bapak, beliau juga ikut melepas tanggung jawab. Aku dan ibu tak bisa berbuat apa-apa untuk menuntut beliau. Karena pasti aku dan ibu hanya akan mendapat hinaan dari mereka-mereka yang ber-uang. karna bisa saja mereka memainkan hukum dengan menyewa seorang advokat yang mahal, handal, dan terkenal untuk kemenangan di tangan mereka. Tapi  kebenaran diatas segalanya, “Tuhan tidak tidur”, itu kata ibu. “Biarkan mereka yang beruang memainkan kita yang kecil. Percayalah Allah selau berada dengan kita. Allah akan memberikan lebih di banding pemberian mereka kepada kita”. aku dan ibu benar-benar hanya bisa berpasrah dan mengikhlaskan segalanya.
Itu hanya sekilas cerita tentang bapak. Kini aku harus kuat walau tanpa seorang Ayah. Aku masih punya Ibu yang menjadi penyemangatku.
                                                                        ***
            Pagi ini aku sudah berada diantara kendaraan yang lalu lalang dengan kesibukan masing-masing pemilik kendaraan itu.  Aku selalu menunggu lampu merah menyala untuk aku tawarkan koran-koranku kepada mereka yang sibuk. menawarkan dari satu mobil kemobil lainya. Ada yang membeli, ada pula yang tak membeli namun hanya memberikan senyuman. Namun, ada pula yang tak membeli sambil berkata kasar, “Anak jalanan mengganggu suasana kota”. Semua aku alami di sini. Aku sudah biasa menghadapi seperti itu. Dan sudah aku jadikan sarapan pagiku setiap hari. Menjelang siang hari aku menjajahkan minuman botol, di bus-bus kota, dan di gerbong-gerbong kereta. Walau sesibuk apapun aku di jalanan, aku tak melupakan kewajibanku sebagai umat muslim. Bapak dan ibu selalu mengajarkanku tentang kebaikan. Kata mereka, ”Dunia bukanlah segalanya, ada akhirat yang  abadi, senantiasalah berdo’a kepada Tuhan. Maka Tuhan akan selalu bersama kita”. Sehingga ketika suara Adzan berkumandang aku manfaatkan untuk istirahat dan mengadukan keluh kesahku pada Sang Khaliq.
Dan sore harinya hingga malam hari terkadang aku mengamen dirumah-rumah makan dan di kendaraan-kendaraan yang berhenti di depan lampu merah.
***

            Sekitar pukul 17.00 aku seperti biasa menunggu lampu merah menyala. Aku duduk diantara mereka yang senasib denganku.  Ketika aku tengah asik melihat ke sekitar  seorang  laki-laki menghampiriku. Dia tersenyum kepadaku, lalu duduk disampingku. Dan tiba-tiba ia mengajakku berbincang-bincang, “Ade sudah lama mengamen?” lontarnya pertanyaan itu
“sejak umur 8 tahun..”jawabku polos
“sekarang usia adik berapa??” tanyanya lagi
“13 tahun..”
laki-laki itu tersenyum.  “wah cukup lama juga yah..”
Fikiranku kembali disibukan dengan lalu lalang kendaraan. Namun tak lama kemudian, aku memberanikan diri untuk  bertanya. “kakak mau kemana??”
“kakak baru pulang dari kampus, sekarang mau pulang kekosant..” jawabnya begitu ramah
“oh kakak mahasiswa.. wah hebat. berarti kakak orang pintar dan kaya..” kataku dengan polosnya
laki-laki itu tercengang dengan ucapan yang dilontarkan olehku..
“kenapa adik berbicara seperti itu??” katanya bertanya
“Menurutku orang seperti kakak yang sekolahnya tinggi adalah orang yang pintar dan kaya. Karena kalau gak pintar gak mungkin bisa jadi mahasiswa. Dan kalau kakak  gak kaya kakak gak mungkin bisa kuliah, kan kata orang-orang  sekolah itu butuh uang yang banyak.. Padahal aku ingin sekali bisa sekolah sampai setinggi kakak..” Kataku.
Laki-laki itu kembali tersenyum, “ kamu itu benar-benar polos yah. hehehe kakak bukanlah dari keluarga yang kamu fikirkan itu. Kakak berasal dari kampung, orang tua kakak hanya seorang  petani biasa. Namun karna kakak mempunyai  tekad yang kuat untuk meraih masa depan yang lebih baik. Kakak beranikan diri untuk merantau ke Jakarta, mencari peluang beasiswa dari kampus ke kampus lainya. Berbagai test akademik kakak ikuti. Dan Alhamdulillah kakak diterima di Universitas Negri”.
“wah hebat.. aku mau seperti kakak.” kataku
“kamu bisa seperti kakak.. Asal kamu punya tekad yang kuat untuk mencapai impianmu. Kamu harus mempunyai sebuah impian  agar hidupmu punya tujuan. Dan berusahalah dengan impianmu itu untuk mencapainya dan yakinlah bahwa semua impianmu itu akan terwujud.”
Akhirnya aku mengerti apa yang pernah bapak katakan padaku sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

Ketika bus itu berhenti tepat didepan halte. kakak itu segera bangkit dan meninggalkan aku. Ia melambaikan tangan tanda perpisahan.. “Semoga kita bisa berjumpa lagi dilain waktu.. Semangat untuk meraih cita-citamu..” kata laki-laki itu sebelum menaiki bus..
Aku tersenyum.. “ Makasih kak.. sampai jumpa”
Bus yang membawa laki-laki itu telah berlalu diantara kendaraan yang ramai melintas.
Sore itu juga aku segera kembali kerumah dan menceritakan hal ini pada ibu. Dan mulai saat itu aku bertekad untuk meraih semua yang aku impikan. Demi ibu dan demi kehidupanku yang lebih baik lagi.
Terimakasih atas kunjunganyannya :)

Yogyakarta, 24 Maret 2016.














0 komentar:

Posting Komentar

 

The Secret Books Copyright © 2010 | Designed by: compartidisimo